Di kota-kota besar banjir telah menjadi momok menakutkan selama bertahun-tahun. Kesadaran masyarakat akan alam yang kurang, buruknya sistem tata saluran kota, hingga kondisi dataran yang nyaris sejajar dengan air laut menjadi penyebab klasik rata-rata tiap daerah. Banjir besar dan longsor yang menerjang Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) serta sejumlah daerah di Indonesia, kemarin, menimbulkan banyak korban jiwa. Minimnya peringatan dini dan lemahnya koordinasi membuat dampak bencana sulit diantisipasi.
------------------------------------------------------------
BACA JUGA :
HUJAN DERAS, BANJIR BESAR TERJANG DKI JAKARTA DAN SEKITARNYA
TERKAMAN SI ELANG HITAM, BUKTI INDONESIA BISA MANDIRI
------------------------------------------------------------
Lambannya evakuasi membuat sejumlah warga meninggal lantaran kedinginan (hipotermia) di tengah banjir. Misalnya yang dialami M Ali, 82, Siti Hawa, 72, dan Willi Surahman, warga Kampung Cipinang Melayu, Jakarta Timur. Dua warga lainnya juga tewas tersetrum karena tak menyadari aliran listrik mengenai air yang menggenangi rumahnya.Dua warga yang tewas tersetrum adalah Nurjanah, 27, warga Lagoa, Koja, Jakarta Utara dan Arfico Arif, 16, warga Kemayoran, Jakarta Pusat.
Banjir dan longsor yang menerjang Jakarta dan wilayah sekitarnya kali ini banyak mengagetkan warga. Mereka tak menyangka hujan yang turun sejak Selasa (31/12) sore hingga kemarin intensitasnya sangat tinggi. Sosialisasi bakal datangnya curah hujan yang tinggi di masa pergantian tahun 2019 ke 2020 ini tergolong minim. Ini membuat warga kurang mempersiapkan secara dini saat tiba-tiba bencana datang. Dengan kemajuan teknologi informasi saat ini, data dan potensi bencana semestinya sudah bisa disampaikan ke publik jauh-jauh hari. Harapannya, masyarakat menjadi lebih sadar dan mengantisipasi dengan langkah-langkah preventif. Simak tips menghadapi terjangan banjir pada infografis.
Copyright © 2025 SINDOnews.com, All Rights Reserved
viewphoto/ rendering in 0.1501 seconds (1#24)