China Jadi Importir Limbah Elektronik Terbesar di Dunia
Selasa, 30 Juni 2020 - 10:30 WIB
Geser layar untuk melihat slide berikutnya> >
Perangkat elektronik adalah bagian yang tak terpisahkan dari manusia. Ia membuat hidup manusia lebih mudah. Sayangnya, ia juga bisa membuat hidup manusia sengsara karena limbahnya. Pertumbuhan perangkat elektronik berimbas semakin menumpuknya sampah elektronik .
Sampah elektronik adalah masalah lingkungan yang serius di China. Negeri tirai bambu adalah importir terbesar limbah elektronik dan merupakan rumah bagi sebagian besar tempat pembuangan sampah terbesar di dunia. Pertumbuhan ekonomi yang cepat, ditambah dengan meningkatnya permintaan elektronik dunia secara masif menyebabkan meningkatnya limbah elektronik. Sekitar 70% limbah elektronik global ini berakhir di China.
Amerika Serikat tidak memiliki sistem regulasi limbah elektronik federal, namun beberapa negara bagian telah menerapkan sistem pengaturan negara bagian. Strategi Nasional untuk Pengawasan Elektronik didirikan bersama oleh Lembaga Perlindungan Lingkungan (EPA), Dewan Kualitas Lingkungan, dan Administrasi Layanan Umum (GSA), dan diperkenalkan pada tahun 2011 untuk fokus pada tindakan federal untuk membangun pengawasan elektronik di Amerika Serikat.
BACA JUGA :
KOMISARIS DARI KAUM MILENIAL DI PERUSAHAAN BUMN HARUS KERJA NYATA
MERESAHKAN, TRANSAKSI NARKOBA DI MASA PANDEMI MENINGKAT DRASTIS
Ketiga adalah Jepang. Sebagian besar limbah elektronik Jepang sebenarnya diekspor ke negara-negara tetangganya. Selama bertahun-tahun, Jepang telah berupaya mengembangkan program pengelolaan limbah yang aman dan efisien untuk menangani limbah elektronik ini. Terlepas dari upaya ini, masih ada masalah serius seputar masalah lingkungan dan kesehatan terkait limbah elektronik di Jepang. Dari tiga negara importir limbah elektronik terbesar di dunia, ada di urutan berapa Indonesia? Simak pada infografis.
Perangkat elektronik adalah bagian yang tak terpisahkan dari manusia. Ia membuat hidup manusia lebih mudah. Sayangnya, ia juga bisa membuat hidup manusia sengsara karena limbahnya. Pertumbuhan perangkat elektronik berimbas semakin menumpuknya sampah elektronik .
Sampah elektronik adalah masalah lingkungan yang serius di China. Negeri tirai bambu adalah importir terbesar limbah elektronik dan merupakan rumah bagi sebagian besar tempat pembuangan sampah terbesar di dunia. Pertumbuhan ekonomi yang cepat, ditambah dengan meningkatnya permintaan elektronik dunia secara masif menyebabkan meningkatnya limbah elektronik. Sekitar 70% limbah elektronik global ini berakhir di China.
Amerika Serikat tidak memiliki sistem regulasi limbah elektronik federal, namun beberapa negara bagian telah menerapkan sistem pengaturan negara bagian. Strategi Nasional untuk Pengawasan Elektronik didirikan bersama oleh Lembaga Perlindungan Lingkungan (EPA), Dewan Kualitas Lingkungan, dan Administrasi Layanan Umum (GSA), dan diperkenalkan pada tahun 2011 untuk fokus pada tindakan federal untuk membangun pengawasan elektronik di Amerika Serikat.
BACA JUGA :
KOMISARIS DARI KAUM MILENIAL DI PERUSAHAAN BUMN HARUS KERJA NYATA
MERESAHKAN, TRANSAKSI NARKOBA DI MASA PANDEMI MENINGKAT DRASTIS
Ketiga adalah Jepang. Sebagian besar limbah elektronik Jepang sebenarnya diekspor ke negara-negara tetangganya. Selama bertahun-tahun, Jepang telah berupaya mengembangkan program pengelolaan limbah yang aman dan efisien untuk menangani limbah elektronik ini. Terlepas dari upaya ini, masih ada masalah serius seputar masalah lingkungan dan kesehatan terkait limbah elektronik di Jepang. Dari tiga negara importir limbah elektronik terbesar di dunia, ada di urutan berapa Indonesia? Simak pada infografis.
(vid)