Saat ini peperangan sudah tidak lagi dilakukan secara terbuka, tetapi secara “diam-diam”. Hal ini untuk mencegah timbulnya korban jiwa yang besar, baik itu dari pihak sipil maupun pihak penyerang. Oleh karena itu, para penggiat perang dewasa ini secara masif menggembangkan peralatan perang yang berbasis nirawak. Kejadian terbaru, terjadi saat Turki menyerang Iran dengan drone ANKA-S nya. Sebab itulah, kebutuhan senjata anti drone kedepannya pasti ikut meningkat seiring banyaknyapeperangan yang menggunakan persenjataan nirawak/drone.
DroneGun Tactical memiliki kemampuan menghadapi beragam tipe drone. Dengan fitur safe counter measure, alih kendali drone sasaran yang bermuatan bahan peledak dapat dilakukan dengan lebih aman. Drone yang telah dialihkendalikankemudian dapat didaratkan ke titik aman.
------------------------------------------------------------
BACA JUGA :
PESAWAT TEMPUR AU CHINA AKAN DIBERI LAPISAN CAT SILUMAN
KAPAL PERANG AS TEMBAKKAN RUDAL DI LAUT CHINA SELATAN
------------------------------------------------------------
DroneGun Tactical punya jarak jangkau sampai 1 kilometer, dapat dioperasikan pada berbagai kondisi cuaca, dengan suhu rentang -20 sampai maksimum 55 derajat celcius. Senjata ini bekerja di frekuensi 433MHz, 915MHz, 2.4GHz & 5.8GHz. Jenis sinyal yang dapat ditaklukannya adalah GPS dan GLONASS. Dengan tenaga baterai lithium ion yang dapat diisi ulang, senjata ini mampu digunakan 30 menit secara terus-menerus. Senjata inipun sudah mengusung standar NATO, dan juga sertifikasi ketahanan IP54.
Copyright © 2024 SINDOnews.com, All Rights Reserved
viewphoto/ rendering in 0.1459 seconds (1#140)