Facebook, YouTube , dan Twitter memberlakukan berbagai larangan terhadap konten Taliban di platform mereka. Tetapi ketika kelompok ekstremis mencoba menggunakan media sosial sebagai sarana pemerintahan - alih-alih mengagungkan konten kekerasan - aturan itu pun menjadi tidak jelas terkait siapa atau apa yang harus dilarang.
Larangan media sosial yang saat ini berlaku tidak menghentikan kelompok ekstremis itu untuk menumbuhkan audiensi mereka secara online.
BACA JUGA : ----------------------------------------
SELAMA 20 TAHUN DI AFGHANISTAN, AS TEKOR RP4 TRILIUN PER HARI
TALIBAN, SEKUTU YANG BERUBAH JADI MUSUH AMERIKA SERIKAT
Pengikut halaman resmi Facebook Taliban telah tumbuh 120% menjadi 49.000 pengguna, dan puluhan ribu pengguna melihat video YouTube kelompok itu. Selengkapnya simak infografis.
Copyright © 2024 SINDOnews.com, All Rights Reserved
photo/ rendering in 1.0933 seconds (1#140)